Pelukan yang Dirindukan… - News - BPS-Statistics Indonesia Purbalingga Regency

Layanan Online Data BPS silakan klik SONATA (Solusi Nanya Data)

Help us improve by participating in the Data Needs Survey (SKD) 2024 by filling out the survey s.bps.go.id/SKD2025_3303

Pelukan yang Dirindukan…

Pelukan yang Dirindukan…

December 22, 2024 | BPS Activities


Sudahkah memeluk anak Anda hari ini?

Pernahkah anda bertanya pada diri sendiri, kapan terakhir anda memeluk anak anda?

Ataukah anda termasuk yang mengalami sindrom “lapar pelukan”, akibat pola asuh orang tua anda sebelumnya. Hingga sekarang anda tidak memiliki kemampuan untuk menginginkan memeluk anak anda sendiri?

Pengaruh pelukan orang tua terhadap anak tidak hanya sekedar menunjukan rasa kasih sayang semata. Namun kebiasaan memeluk anak dapat menciptakan rasa aman pada diri anak, membentuk rasa percaya diri, bahkan menumbuhkan kelengketan hubungan antara orang tua dan anak yang akan terbangun seiring bertambahnya umur anak.

Anak-anak yang kekurangan pelukan orang tua akan merasa kurang diperhatikan. Kantong jiwanya kosong dari kasih sayang orang tua. Anak-anak akan tumbuh dalam keadaan tidak mampu mengalirkan perasaannya, merasa diabaikan dan kesulitan mengelola perasaannya. Anak-anak menjadi mudah stres dan rentan terhadap tekanan. Pada akhirnya tumbuh menjadi anak-anak yang lapar pelukan, hingga menghiba dipeluk orang lain yang dianggapnya lebih nyaman untuk mendengarkan perasaannya.

Data BPS menunjukan pada tahun 2022 di Jawa Tengah terdapat sekitar 4,56 persen anak usia 0-17 tahun yang tidak tinggal bersama kedua orang tua. Meningkat 0,76 poin jika dibandingkan tahun 2021. Pada tahun 2021 hanya sekitar 3,80 persen. Anak-anak yang tidak tinggal bersama kedua orang tua bisa disebabkan karena orang tua yang bekerja diluar kota, orang tua meninggal atau tidak tahu dimana keberadaannya dan kondisi lainnya yang menyebabkan anak tidak lagi tinggal bersama kedua orang tua.

Fenomena yang marak terjadi saat ini ketika Indonesia beralih dari era agraris ke industri yaitu semakin banyaknya orang tua yang diserap dunia kerja menjadi salah satu penyebab berkurangnya intensitas interaksi antara orang tua dan anak. Intensitas yang kurang ini lebih dirasakan oleh anak-anak yang tidak tinggal bersama kedua orang tuanya. Jika sejak usia dini orang tua kurang berinteraksi dengan anak dapat menjadi salah satu pemicu generation gap. Ditambah dengan pola pengasuhan yang kurang tepat memperparah kondisi ini. Jika generation gap ini tidak tertangani maka akan menjadi pemicu konflik dalam keluarga khususnya antara orang tua dan anak.

Generation gap berkontribusi memunculkan kenakalan remaja. Ketika remaja merasa tidak dipahami, tidak didengar bahkan diabaikan oleh orang tua, mereka akan cenderung mencari cara lain untuk mengekspresikan diri atau untuk mendapatkan perhatian yang berujung pada perilaku menyimpang. Faktanya pada tahun 2022 di Jawa Tengah, proporsi penduduk usia 5-17 tahun yang merokok mengalami peningkatan. Tahun 2021 sebesar 1,91 persen meningkat menjadi 2,30 persen pada tahun 2022 (Kemen PPPA dan BPS: 2021, 2022).

Merokok tidak hanya menimbulkan permasalahan kesehatan namun dibanyak negara dianggap melanggar hukum, ada batasan usia legal untuk membeli dan mengkonsumsi rokok. Biasanya usia 18 tahun atau lebih, bahkan untuk membeli rokok mereka harus menunjukan kartu identitas. Jika anak dibawah usia legal sudah mengkonsumsi rokok akan dianggap melanggar hukum. Meskipun dianggap perilaku menyimpang yang cenderung ringan jika dibandingkan tindakan kriminal lainnya, namun merokok pada usia anak menunjukan kecenderungan untuk melanggar aturan dan berisiko melakukan tindakan berbahaya lain seperti menkonsumsi alkohol bahkan narkoba.

Strategi peningkatan kualitas pengasuhan anak telah dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kolaborasi tersebut diantaranya melakukan kajian dan penyusunan petunjuk pengasuhan bagi orang tua maupun pengasuhan alternatif bagi anak yang tidak tinggal bersama orang tua. Mulai dari pendirian layanan keluarga PUSPAGA/Pusat Pembelajaran Keluarga untuk membantu meningkatkan kapasitas orang tua dalam pengasuhan dan penyelenggaraan pelatihan pengasuhan berbasis hak anak bagi Lembaga pengasuhan alternatif seperti Daycare, PAUD, Panti Asuhan Anak, Pesantren, Sekolah Berasrama. Hingga pendirian RBRA (Ruang Bermain Ramah Anak) yang terstandar dan tersertifikasi sebagai komitmen daerah dalam pemenuhan hak bermain anak.

Namun, segala upaya yang dilakukan pemerintah masih belum mampu membendung tingginya kasus terkait pemenuhan hak perlindungan khusus anak. Kasus bullying, kekerasan terhadap anak hingga kasus bunuh diri masih menjadi “rapor merah” yang belum terselesaikan. Pada tahun 2023 KPAI menerima 1800 kasus terkait perlindungan anak. Pada pengaduan klaster pemenuhan hak anak mayoritas berasal dari lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif sebanyak 58,70 persen, hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri dimana lingkungan terdekat anak-anak adalah keluarganya.

Terwujudnya Indonesia Layak Anak 2030 dan Indonesia Emas 2045 sangat bergantung bagaimana negara mempersiapkan anak-anak sebagai pemilik masa depan bangsa ini. Generasi yang sehat, cerdas, unggul dan berkarakter tidak hanya sekedar dinilai dari segi akademis, namun lebih kepada pendidikan karakter yang ditanamkan sejak usia dini. Pendidikan karakter anak tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah namun orang tua harusnya lebih memegang peranan ini, dimana kian hari semakin terabaikan.

Dimasa ini kebanyakan orang tua lebih takut anaknya tidak naik kelas, tidak lulus ujian, tidak mendapatkan pekerjaan yang bagus setelah lulus kuliah. Pendidikan anak-anak disubkontrakan kepada orang lain atau Lembaga lain, terutama ketika anak-anak berada di usia dini. Para orang tua terlupa, bahwa anak-anak harus memiliki kejujuran, disiplin, menghargai orang lain, memiliki kemampuan problem solving dan yang paling penting diantara itu semua adalah takut akan Tuhannya. Kemampuan inilah yang harus dipersiapkan secara fundamental, berawal dari keluarga terutama ibu yang merupakan “madrasatul ula”.

Anak-anak yang berkarakter tidak akan terwujud ketika tangki cintanya kosong. Penuhilah dengan pelukanmu wahai orang tua, jangan biarkan mereka tumbuh dalam kondisi jiwanya kosong dan lapar pelukan. Bayangkan jika anak anda kini menginjak remaja jika mereka mengalami kondisi ini, pelukan siapakah gerangan yang menentramkan jiwanya?

Sering-seringlah memeluk anak Anda, karena pelukan ini akan menjadi kenangan yang dirindukan kelak ketika dewasa.
Penulis : Luxia Fajarati, S.Stat
Badan Pusat Statistik

BPS-Statistics Indonesia

Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga (Statistics of Purbalingga Regency)Jl. Letjend S. Parman No. 48 Purbalingga 53317 Jawa Tengah

Telp/Faks (0281) 891179

Mailbox : bps3303@bps.go.id

logo_footer

Copyright © 2023 BPS-Statistics Indonesia